Panduan Modernisasi Bengkel Dan Laboratorium Kejuruan Kurun 21 (Buku Smk)

Berikut ini ialah berkas Buku Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21. Buku ini diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2019. Download file buku format PDF.

 Berikut ini ialah berkas Buku Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21 (Buku SMK)
Buku Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21

Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21:

Baca Juga

Kemajuan teknologi dengan derasnya informasi dalam periode digital 4.0 memperlihatkan dampak yang terasa bagi pengelolaan pendidikan kejuruan terutama dalam mengantarkan lulusannya berkompetisi dalm Abad 21. Bengkel dan Laboratorium kejuruan merupakan daerah sekaligus wadah bagi peserta didik untuk menyebarkan kompetensi bidang keahliannya yang tidak terbatas dan mempunyai spesifikasi kebutuhan yang beragam. Bengkel dan laboratorium yang baik ialah yang bisa mengikuti perkembangan jaman dan mereplikasi apa yang ada di industri. Kriteria menjadi bengkel yang nyaman, sehat dan selamat, serta modern perlu dipertimbangkan dalam mendirikan serta mengelola bengkel dan laboratorium kejuruan Abad 21.

Buku panduan ini sanggup dipakai oleh pengelola bengkel dan laboratorium kejuruan dalam merancang daerah praktik yang sehat, aman, nyaman, dan modern. Buku ini merupakan hasil kajian yang dilakukan Lembaga Penjaminan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (LPPMP) Universitas Negeri Yogyakarta bersama Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dengan adanya buku ini diharapkan bisa menjembatani permasalahan lapangan yang dijumpai pengelola bengkel dan laboratorium kejuruan sehingga tetap memperhatikan standar pokok bengkel, kenyamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, berorientasi Abad 21, teknologi IoT, dan berorientasi pada STEAM.

Untuk mewujudkan Visi Indonesia sebagai 10 negara ekonomi terbesar di dunia diharapkan peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia untuk mendukung kebutuhn tenaga kerja di masa depan seiring dengan semakin cepatnya proses Revolusi Industri 4.0. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu pilar dalam menyiapkan tenaga kerja di masa depan yang relevan dengan kebutuhan SDM di Era industri 4.0.

Salah satu upaya peningkatan kualitas dan daya saing lulusan Sekolah Menengah kejuruan ialah dengan banyak sekali aktivitas revitalisasi Sekolah Menengah kejuruan yang diantaranya ialah peningkatan sarana dan prasarana laboratorium dan bengkel SMK. Untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kualifikasi dan sertifikasi di bidangnya diharapkan pengembangan laboratorium dan bengkel Sekolah Menengah kejuruan sesuai dengan lingkungan kerja di Industri. Laboratorium dan bengkel merupakan pusatnya pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan untuk menumbuhkan kreatifitas dan inovasi, membentuk budaya industri, menghasilkan siswa yang kompeten dan mempunyai keterampilan berwirausaha yang tinggi. Untuk itu diharapkan penataan layout bengkel, manajemen pengelolan bengkel, keselamatan kerja, dan penanaman budaya industri (budaya 5R) yang mengacu pada standar operasional dan lingkungan kerja bekerjsama ibarat yang ada di industri melalui pelaksanaan pembelajaran Teaching Factory menghasilkan produk/layanan jasa yang dibutuhkan masyarakat dan mendukung pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Art and Mathematic) untuk menumbuhkan kewirausahaan berbasis penemuan teknologi (Technopreneurship).

Bengkel & Laboratorium

Bengkel atau disebut dengan istilah “shop” atau “workshop” merupakan daerah yang dipakai untuk praktikum maupun produksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2010), pertanda definisi bengkel ialah daerah untuk berlatih, serta melaksanakan kegiatan dengan arah dan tujuan yang jelas. Laboratorium/bengkel merupakan ruangan yang dilengkapi dengan peralatan khusus untuk melaksanakan percobaan, penyelidikan dan sebagainya. Ini artinya, bengkel bukan hanya sekedar melaksanakan eksperimental saja, melainkan untuk melaksanakan pekerjaan yang terang produk yang dihasilkan. Brown (1979) beropini bahwa bengkel merupakan belahan laboratory. Ia membagi laboratorium menjadi tiga, yaitu: (1) Unit Laboratory, (2) General Unit Laboratory, dan (3) General Laboratory. Unit Laboratory mempunyai fungsi yang spesifik dan mendalam dalam melaksanakan eksperimental ibarat perusahan otomotif, robot, perusahaan pengelasan, dan lain sebagainya. General Unit Laboratory sifat cangkupannya lebih luas dari Unit Laboratory dan mempunyai keanekaragaman alat potong, materi dasar, dan pekerjaan. General Laboratory cangkupannya lebih luas lagi dan merupakan campuran dari kedua-duanya. Penjelasan macam macam tipe laboratorium diatas, maka bengkel termasuk dalam jenis kategori General Unit Laboratory.

Yoto (2014:35) menyatakan bahwa bengkel/laboratorium merupakan ciri khusus pada sekolah kejuruan. Peserta didik sanggup mengasah hardskill di bidang kejuruan untuk menghasilkan suatu produk yang telah dipersiapkan oleh instruktur. Oleh sebab itu, tantangan bengkel kejuruan yang efektif untuk pembelajaran ialah yang mereplika industri sebagaimana dijelaskan oleh Prosser & Quigley (1950) “Vocational education will be efficient in proportion as the environment in which the learner is trained is a replica of the environment in which he must sequently work”. Berarti pendidikan kejuruan akan berjalan efektif apabila kondisi lingkungan dalam proses berlatih dan mencar ilmu disesuaikan/disamakan dengan kondisi dimana siswa akan bekerja nantinya.

Bengkel atau laboratorium merupakan daerah yang menyediakan lingkungan untuk simulasi siswa dalam mengaplikasikan dalam bentuk praktik dari pengetahuan teori yang di dapat. Bengkel praktik juga sanggup dikatakan sebagai daerah siswa menyebarkan ketrampilan praktik. Jeff E, at. al (1999: 3) mengemukakan “workshop is a place where work occurs, where tools are used to accomplish this work, where things may be repaired, and where the work may result in particular product or outcome”. Artinya bahwa bengkel ialah daerah dimana terdapat suatu pekerjaan terjadi, adanya alat-alat yang dipakai untuk menuntaskan pekerjaan, adanya hal-hal yang mungkin sanggup diperbaiki, dan adanya pekerjaan yang sanggup menciptakan atau menghasilkan produk tertentu.

Beberapa definisi ihwal bengkel diatas sanggup ditarik garis besarnya bahwa bengkel merupakan daerah yang dilengkapi dengan peralatan untuk menyebarkan ketrampilan, melaksanakan percobaan dan penyelidikan serta daerah dimana ada kegiatan suatu pekerjaan baik itu memperbaiki, menciptakan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Sekolah kejuruan khususnya SMK, bengkel merupakan faktor penting dalam proses mencar ilmu mengajar dan bahkan menjadi faktor penentu dari pembentukan ketrampilan siswa sebab bengkel merupakan sarana yang paling efektif bagi siswa untuk melaksanakan praktik.

Bengkel sebagai daerah menyebarkan ketrampilan siswa harus di dukung dengan kondisi bengkel sebaik mungkin. Jeff E, at. al (1999: 67) mengemukakan: “the workshop can provide a safe environment for participants to try out new things before applying them outside in the real word”. Artinya bengkel sanggup menyediakan lingkungan yang kondusif bagi para siswa untuk mencoba hal-hal gres sebelum menerapkannya dalam dunia kasatmata yaitu dunia industri. Bengkel sekolah yang baik ialah bengkel yang mengadopsi dari industri. Bengkel akan menerapkan lingkungan, peralatan dan peraturan yang ada sama dengan industry, semoga siswa terbiasa dengan lingkungan industri, terbiasa dengan alat yang ada di industri, dan memahami peraturan-peraturan yang diterapkan di industri.

Persyaratan Pokok Bengkel & Laboratorium

1. Persyaratan Umum Bengkel dan Laboratorium
Secara umum, persyaratan yang harus dimiliki suatu bengkel praktik ialah mengandung tiga unsur, yaitu: safety, comfortable, dan energy efficiency (TSI, 2014) dengan klarifikasi sebagai berikut:

a. Keamanan
Bengkel/laboratorium dirancang untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan penghuni. Zat berpotensi berbahaya yang dipakai di bengkel yang berbeda mencakup materi kimia, materi radioaktif dan bisul biologis. Materi ini sanggup dimanipulasi setiap hari sebagai belahan dari eksperimen, penelitian atau produksi. Keselamatan harus tetap menjadi tujuan utama laboratorium. Peraturan, pedoman dan standar untuk memastikan keselamatan laboratorium telah diterbitkan oleh banyak kelompok industri. Langkah utama dalam mencapai tujuan keselamatan laboratorium dengan mematuhi persyaratan tersebut.

b. Kenyamanan
Keselamatan laboratorium harus diimbangi dengan kenyamanan pekerja. Kenyamanan terutama berkaitan dengan pemeliharaan suhu dan kecepatan udara yang sesuai. Produktivitas pekerja akan menderita jikalau ruang terlalu hangat atau terlalu masbodoh dan ruang dengan arus udara tinggi dianggap drafty dan sejuk. Arus udara juga berdampak pada keamanan dengan membatasi penahanan pada tudung asap dan peralatan pelindung lainnya. Kemudahan penggunaan peralatan laboratorium juga menjadi faktor kenyamanan pekerja. Laboratorium yang menggunakan peralatan yang sangat khusus, ibarat sarung tangan, mungkin paling aman. Namun, peralatan ini membawa kemudahan penggunaan eksekusi yang tidak sempurna untuk ancaman yang dihadapi di sebagian besar laboratorium kimia. Peralatan dan tata letak laboratorium harus memungkinkan staf untuk melaksanakan kiprah yang diharapkan dengan sedikit perjuangan tambahan.

c. Efisiensi energi
Laboratorium biasanya dirancang sebagai sistem sekali pakai, tanpa resirkulasi. Volume udara yang besar sanggup dipakai bengkel menghabiskan jumlah energi yang cukup besar. Mengurangi biaya energi ini berdampak pribadi pada biaya rutin pengelolaan. Selain itu, laboratorium energi perlu mempunyai bangunan yang terprogram secara automatisasi dengan mengandalkan sistem pemipaan dan exhaust. Laboratorium harus dirancang semoga efisiensi energi tidak mengurangi kenyamanan dan keselamatan. Perlu dilakukan monitoring secara bersiklus penggunaan kebutuhan energi di dalam laboratorium dan bengkel. Selvaggio (2015) menekankan bahwa pentingnya monitoring dan perawatan secara bersiklus dalam meningkatkan efisiensi energi di dalam laboratorium dan bengkel sanggup menekan hingga 30% energi keseluruhan operasional pada umumnya. Berikut ini ialah grafik monitoring dan perawatan untuk tujuan efisiensi energi laboratorium.

Persyaratan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan sebagai ciri utama dari bengkel dan laboratorium ialah temperatur lingkungan kerja yang baik sesuai dengan kaidah persyaratannya, pencahayaan yang baik dan ekonomis energi, tingkat kebisingan ruang yang rendah, warna yang sesuai dan tidak menjadikan refleksi yang merusak mata, kelengkapan perangkat untuk keselamatan keja, dan tata letak yang ideal (Brown, 1972). Pernyataan ini memperlihatkan citra bahwa pada ketika mendesain bentuk bangunan dari laboratorium itu sendiri harus mempertimbangkan aspek-aspek yang telah disampaikan George Brown tersebut. Kejadian yang sering terjadi dalam lingkungan praktik ialah kasus kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut sanggup membahayakan sipengguna (operator), alat/mesin, dan lingkungan sekitarnya. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bangunan laboratorium sanggup dijelaskan sebagai berikut.

1. Panas (Heat)
Panas sanggup memperlihatkan imbas terhadap perubahan temperatur ruangan, sedangkan temperatur ruangan yang panas sanggup mempengaruhi konsentrasi mencar ilmu peserta didik. Desain laboratorium harus memperhatikan sirkulasi udara. Sirkulasi ini bertujuan mengganti udara yang ada di dalam ruangan dengan udara yang baru. Sirkulasi udara yang cocok dipakai pada laboratorium ialah ventilasi dan air conditioner (AC). Ventilasi dipakai untuk ruangan yang tidak menggunakan AC, ibarat ruang guru, gudang, laboratorium gambar teknik, ruang tunggu, dan ruang tengah.

Pengurangan panas yang ada di dalam bengkel sanggup diatasi dengan menggunakan sirkulasi udara. Sirkulasi udara dibagi menjadi dua, yaitu sirkulasi alami (jendela), dan sirkulasi buatan (blower). Sirkulasi udara buatan yang baik ialah jendela dengan jarak atap dengan lantai minimal 15 m, semoga udara di dalam bengkel tidak terlalu pengap. Sirkulas buatan khusus yang menggunakan blower sanggup diletakkan di setiap divisi pemesinan, baik itu divisi lathe, milling, grinding, boring, CNC, welding, dan lain sebagainya sehingga uap yang dikeluarkan pada ketika produksi sanggup disedot oleh blower dengan cepat.

Kenyamanan kerja akan lebih baik lagi apabila ruangan di dalam bengkel tersebut menggunakan sistem pendingin Air Conditioner (AC). AC sanggup mendinginkan temperature ruangan dengan cepat dan sanggup dipakai sebagai sistem pendingin mesin eksternal. Kunci utama panasnya suatu ruangan apabila tidak mempunyai AC terletak pada desain ventilasi. Ventilasi bengkel praktik dipertimbangkan semoga udara yang masuk harus sanggup keluar dari bengkel. Volume udara yang mengalir, biasanya tersusun dari suplai udara dan infiltrasi, sama persis dengan volume udara keluar, atau udara yang habis melalui ruang knalpot, kepulan asap, lemari penyimpan materi kimia dan exfiltrasi. Semua aliran udara harus dipertanggungjawabkan ketika merancang bangunan dengan ventilasi yang baik. Dalam prakteknya, volume udara yang dipasok ke dalam bengkel kurang dari jumlah udara yang habis, sehingga menjadikan tekanan negative di dalam bengkel.

2. Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan (lighting) sangat penting keberadaanya dalam suatu bengkel. Perlu diperhatikan terutama kondisi proses mencar ilmu peserta didik apakah mengalami radiasi cahaya, kelebihan iluminasi cahaya, atau terlalu silau. Untuk mendesain posisi bangunan bengkel yang ideal, maka perlu memperhatikan perputaran matahari terhadap bumi. Jika iluminasi cahaya yang masuk 10.000 foot candels dan itu sangat berbahaya dengan kesehatan siswa. Bias sinar matahari yang sanggup masuk ke ruang mencar ilmu harus diperhitungkan berdasarkan posisi dan arah dari bangunan. pemanfaatan cahaya alami pada laboratorium harus sedapat mungkin menggunakan cahaya matahari pada siang hari untuk menghemat energi.

Posisi bangunan bengkel yang baik ialah melintang ke arah utara dan selatan atau sebaliknya ibarat tampak pada Gambar 4. Posisi ini dilakukan sebab pencahayaan secara alami akan didapatkan secara gratis dari pagi hingga sore hari. Ketika pukul 08.00 – 12.00 suhu dari pantulan cahaya matahari dari timur akan dirasakan hangat di dalam bengkel. Pada pukul 12.00-14.00 cahaya matahari yang terik di siang hari akan terhalang atap bangunan yang sanggup mengurangi panas di dalam ruangan bengkel/laboratorium. Selanjutnya, sehabis pukul 14.00 – 17.00 cahaya matahari tetap terpantulkan di dalam bangunan dengan suhu yang hangat. Penentuan posisi bengkel perlu menggandakan filosofi negara Cina terutama menggunakan prinsip fengshui yang mempertimbangkan arah matahari dalam membangun suatu bangunan.

Brown (1979) pertanda iluminasi cahaya yang disarankan untuk ruang kelas ialah 150 footcandles, untuk ruang perakitan atau ruang finishing 150 footcandles, ruang utama kerja praktikum 150 footcandles, dan ruang penyimpanan atau gudang 30 footcandles. Penyelaraskan atau penyeimbangan pencahayaan di dalam laboratorium terutama laboratorium gambar teknik, dinding- dinding dan langit-langit dicat dengan warna yang terang ibarat putih atau kelabu. Perlunya konstruksi jendela yang berjejer memperlihatkan cahaya yang masuk ke dalam ruangan menjadi tembus dan memantul.

3. Bunyi, Suara, dan Kebisingan
Bunyi, suara, dan kebisingan (noise) merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM). Suara dan kebisingan jangan hingga merusak organisme badan insan jawaban intensitas dan frekuensi yang terlalu sering didengar oleh pendengaran manusia. Pada pembelajaran di dalam laboratorium bunyi dan bunyi bising dari luar lingkungan laboratorium sanggup diredam dengan baik dengan peredam akuistik yang melekat di dinding laboratorium.

Bunyi yang bisa diterima oleh pendengaran insan pada normalnya antara 70-140 desibel. Industrial Noise and Vibration Centre (www.invc.co.uk) menyebutkan bahwa kebisingan sanggup terjadi melalui dua cara, yaitu secara aerodinamis dan secara mekanis. Aerodinamis mencakup kipas angin, blower, pneumatic, compressor, dan combustion, sedangkan secara mekanis meliputi: proses impact (mesin press), mesin yang berputar (gear, pompa, motor, gaya listrik), dan gaya patah (tool retak atau patah). Kebisingan pada alat dan mesin tersebut bekerjsama sanggup diatasi dengan cara melaksanakan maintenance rutin mengenai bagian-bagian yang gampang menjadikan panas, getaran, dan suara. Jika alat dan mesin tersebut tidak dirawat dengan baik, maka sanggup menjadikan bunyi yang tidak nyaman di pendengaran normal manusia.

Pembelajaran di dalam bengkel, bunyi dan bunyi bising di lingkungan bengkel sanggup diredam dengan baik dengan peredam ibarat ear plug yang bertujuan menyaring dan mencegah bunyi yang diinput oleh gendang telinga. Kemungkinan yang akan terjadi penurunan kualitas pendengaran hingga pada ketulian jikalau tidak menggunakan peredam.

4. Warna (Colour)
Warna (colour) memberi dampak terhadap refleksi cahaya yang ditimbulkan pada iluminasi. Kemampuan mata sangat peka terhadap rasangan yang diberikan warna. Warna tersebut mempunyai filosofi tersendiri yang mengakibatkan imbas penerimaan yang berbeda apabila salah dalam mewarnai segala komponen atau perabot dalam laboratorium. Laboratorium ini membutuhkan pekerjaan yang teliti, maka warna-warna yang dipakai ibarat tembok dan langit-langit ialah putih atau kelabu.

Pemilihan warna dinding, alat, dan mesin harus dibentuk dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan, fungsi warna, serta materi cat. Pentingnya pemilihan tersebut dikarenakan di dalam bengkel tersebut banyak dijumpai alat/mesin yang beroperasi sehingga penstandarisasi warna dan peringatan tanda ancaman kecelakaan kerja perlu dilakukan. Bengkel membutuhkan pekerjaan yang teliti, maka warna-warna yang dipakai ibarat tembok dan langit-langit ialah warna yang cerah ibarat putih atau kelabu. Warna mesin ialah warna yang kontras dengan warna dinding, ibarat biru atau hijau. Warna line pada lantai berwarna kuning, serta gejala peringatan ancaman kecelakaan kerja menggunakan warna-warna yang mencolok dan berbeda dengan warna lain yaitu warna merah.

2. Persyaratan Ruang Praktik Sekolah Menengah kejuruan Berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional DAK Fisik Bidang Pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan kunci utama dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan (SMK). World Health Organization (2011) memperjelas bahwa “The laboratory work space and facilities must be such that the workload can be performed without compromising the quality of work and the safety of the laboratory staff, other health care personnel, patients and the community”. Kowalski (2010) menjelaskan “Facilitation involves making it easier for school employees to accomplish their responsibilities individually and for them to meet school goals collectively. One of the most important aspects of facilitation is creating opportunities for staff to interact so that they can be part of a learning community”. Berdasarkan klarifikasi tersebut maka diketahui bahwa kemudahan merupakan belahan yang penting pada laboratorium. Fasilitas yang baik akan tercipta dengan baik apabila ada tanggung jawab antar individu terhadap fasilitas-fasilitas tersebut.

Fasilitas fisik sekolah perlu adanya pengelolaan yang baik guna mencapai tujuan dari pemanfaatan kemudahan tersebut. Pengertian pengelolaan kemudahan berdasarkan Rick B. et al (2003: 12) mendefinisikan; “Facility management is therefore about empowering people through provision of infrastructure that adds value to the processes that they support. Artinya pengelolaan kemudahan merupakan pemberdayaan masyarakat yaitu pengguna kemudahan bengkel melalui penyediaan infrastruktur yang memperlihatkan nilai tambah terhadap proses yang digunakan. Adanya kemudahan sanggup menunjang dan mempermudah kegiatan pembelajaran yang diadakan di bengkel sekolah. Ed Young, et. al (2003: 3) mengemukakan; The physical environment, however, rarely has direct unmediated impacts upon human health and well-being. It is the interaction of individual characteristics with physical features of the environment that we must examine to understand how environments including schools affect behavior.

Lingkungan fisik sanggup berdampak pribadi sebab merupakan interaksi karakteristik individu dengan ciri-ciri fisik dari lingkungan yang sanggup mempengaruhi sikap siswa dalam belajar. Fasilitas yang lengkap tanpa adanya pemanfaatan serta keterjagaan tidak akan berarti sebab sanggup berdampak pada kerugian bagi sekolah. Fasilitas yang terbatas jikalau dimanfaatkan dan dijaga dengan maksimal justru akan berdampak pada laba bagi sekolah dan penguna bengkel. Rick, B. et al (2003: 12) mengemukakan bahwa; Facility managers are charged with the responsibility of ensuring that the infrastructure is available, operational, strategically aligned, safe and sustainable. Facilities must encourage high productivity through a continual search for ways to improve quality, reduce cost and minimize risk. Indonesia Australia technical and vocational education project (IATVEP) menyebutkan beberapa laba dalam menjaga kondisi kemudahan sekolah dalam kondisi selalu dalam keadaan baik diantaranya;
a. Mendorong kualitas pendidikan serta lulusan yang bermutu tinggi
b. Meningkatkan kualitas pengajaran
c. Meningkatkan nilai ekonomi dari kemudahan yang ada
d. Mengurangi biaya perbaikan
e. Menjaga kemudahan pendidikan tetap dalam kondisi yang baik
f. Memaksimalkan penggunaan

Pemenuhan kebutuhan kemudahan di Sekolah Menengah kejuruan khususnya bengkel dan laboratorium sangat variatif dari segi kuantitas dan kualitas. Kuantitas berkaitan dengan seberapa banyak rasio alat/mesin dengan peserta didik untuk mencapai nisbah yang ideal, sedangkan kualitas ialah mutu dari alat/mesin yang dipakai oleh peserta didik yang terupdate, canggih, modern, dan multifungsi. Kriteria kualitas memang sulit untuk dicapai Sekolah Menengah kejuruan apabila ingin menyetarakan peralatan dan perlengkapan praktik sesuai dengan seruan industri. Sementara ini, program-program pemerintah dalam memperlihatkan pinjaman kemudahan Sekolah Menengah kejuruan fokus pada kuantitas untuk mengejar rasio ideal antara alat/mesin dengan peserta didik dan rombongan mencar ilmu (rombel).

Pemenuhan mutu minimal ruang praktik telah menjadi fokus utama Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah kejuruan dalam melaksanakan revitalisasi bengkel dan laboratorium Sekolah Menengah kejuruan dengan mempublikasikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 8 Tahun 2018 ihwal Petunjuk Operasional DAK Fisik Bidang Pendidikan. Penyusunan norma dan kriteria standar ruang praktik minimal harus dipenuhi oleh Sekolah Menengah kejuruan untuk memperlihatkan kenyamanan dan keamanan dalam praktikum. Adapun salah satu teladan minimal standar ruang praktik pada kompetensi keahlian Teknik Pemesinan sesuai peraturan tersebut sebagai berikut.
a. Ruang praktik Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan berfungsi sebagai daerah pelaksanaan kegiatan pembelajaran: pekerjaan logam dasar, pengukuran dan pengujian logam, membubut lurus, bertingkat, tirus, ulir luar dan dalam, memfrais lurus, bertingkat, roda gigi, menggerinda-alat, dan pengepasan/ pemasangan komponen.
b. Luas minimum ruang praktik Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan ialah 270 m² untuk menampung 72 peserta didik yang meliputi: area kerja dingklik 54 m², area kerja mesin bubut 54 m², area kerja mesin frais 54 m², area kerja gerinda 54 m², ruang kerja pengepasan 54 m², ruang penyimpanan dan pelatih 54 m².
c. Disiapkan kotak kontak/stop kontak 1 phasa dengan jarak masing- masing 3 m, dan kotak kontak/stop kontak 3 phasa dengan jarak masing-masing 6 m, pada sepanjang dinding belahan dalam ruang praktik.
d. Ruang praktik Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan dilengkapi prasarana.
e. Ruang praktik Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan dilengkapi perabot.
f. Ruang praktik Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan dilengkapi peralatan praktik utama/praktik produksi.

3. Standar-Standar Utama dalam Bengkel dan Laboratorium
Bengkel atau workshop secara garis besar mempunyai fungsi sebagai daerah untuk memperlihatkan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah, melainkan dua hal yang merupakan satu kesatuan. Bengkel juga mempunyai peranan untuk memperlihatkan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa, serta untuk memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai keterampilan yang diperoleh di bengkel (Alim Sumarno, 2011).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2008 Tentang Standar sarana dan prasarana untuk sekolah menengah kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), sebuah sekolahan terutama Sekolah Menengah kejuruan harus mempunyai bengkel atau daerah praktik yang memadai. Bertujuan semoga siswa mempraktikkan pribadi materi yang didapat. Bengkel yang layak atau memadai untuk praktik paling tidak memenuhi beberapa hal diantaranya: atmosfer bengkel (kondisi bengkel) yang baik, perawatan bengkel yang terjaga, peralatan praktik yang memadai, perlengkapan materi praktik yang memadai, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi personel bengkel dan siswa, penerapan 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke) di bengkel. Bengkel merupakan sarana untuk menunjang dan menyebarkan atas teori yang dikuasainya. Kenyamanan praktik di dalam bengkel akan mempengaruhi hasil praktik itu sendiri, untuk itu diharapkan perancangan bengkel yang memenuhi standar.

Menurut Ismara & Prianto (2017), beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh bengkel sebagai berikut:
a. Tempat kerja, peralatan tetap dan perabotannya, maupun peralatan dan sistemnya yang terintegrasi atau tambahan: terawat dengan baik, tetap bersih, dalam keadaan efisien, dalam urutan kerja yang efisien, dan dalam kondisi baik dan sebaiknya diberi sistem cadangan dengan pemeliharaan terencana dan pencatatan yang sesuai, sedangkan untuk pemeliharaan, meliputi: inspeksi, penyetelan, pelumasan, pencucian seluruh peralatan dan perlengkapan bengkel.
b. Atmosfer bengkel mencakup beberapa persyaratan, yaitu: kondisi sekeliling bengkel harus terpelihara dengan cara membuka jendela, memasang kipas angin di dinding atau langit-langit untuk memberi kesegaran udara di bengkel, jikalau ventilasi diharapkan untuk melindungi para personel bengkel, sistemnya harus dipasangi alarm pendeteksi kegagalan, bisa memasok udara higienis 5-8 liter/detik/pekerja, dirawat, dibersihkan dan kinerjanya diperiksa secara rutin.
c. Temperatur daerah kerja selama jam kerja, harus memenuhi persyaratan, seperti: untuk pekerjaan normal: 160 ?C (60,80 F) untuk pekerjaan berat: 130 ?C (55,40 F); apabila di dalam bengkel terdapat pemanas atau pendingin maka dilarang menghembuskan uap yang berbahaya; sejumlah termometer dipasang di dalam bengkel.
d. Pencahayaan: harus memadai dan mencukupi, jikalau memungkinkan memanfaatkan cahaya alami, lampu darurat harus dipasang untuk berjaga-jaga seandainya lampu utama mengalami kegagalan dan menjadikan ancaman (Alfred Freddy Manik, 2011).
e. Perawatan (house keeping): daerah kerja, perabotan, dan fitting harus tetap bersih, dinding, lantai dan langit-langit harus tetap bersih, mengusut penumpukan debu di atas permukaan datar terutama pada struktur bangunan, balok girder penopang atap dan sebagainya, dinding yang dicat harus dibersihkan dan dicat ulang secara bersiklus (misalnya masing-masing 12 bulan dan 7 tahun), lantai harus dibersihkan dengan cara menyapu dan mengepel (minimal seminggu sekali), sampah jangan menumpuk sebab sanggup menjadikan resiko kesehatan dan kebakaran, sampah harus diletakkan pada tempatnya, daerah sampah tahan terhadap api, tumpahan harus dibersihkan menggunakan material yang sanggup menyerap dengan baik.
f. Work station: harus nyaman untuk semua yang bekerja di sana, mempunyai pintu darurat yang ditandai dengan jelas, lantai harus tetap higienis dan tidak licin, ancaman sandungan disingkirkan, bekerja pada posisi kaku dan janggal sebaiknya tidak dilakukan terlalu lama, benda-benda kerja dan material kerja harus gampang diraih dari posisi kerja.
g. Tempat duduk: di manapun pekerjaan dilakukan, daerah duduk harus tersedia, daerah duduk harus sesuai dengan jenis pekerjaannya dan mempunyai sandaran punggung dan penumpu kaki (foot rest), harus pada kondisi yang baik jikalau terjadi kerusakan harus diperbaiki atau diganti.
h. Lantai: tidak diberi beban berlebih, rata dan mulus, tidak berlubang, bergelombang atau rusak yang mungkin mengakibatkan ancaman sandungan, bebas kendala dari barang- barang di letakkan di daerah yang telah ditentukan, tidak licin, mempunyai sarana drainase yang memadai jikalau ada kemungkinan terkena air, mempunyai pemisah antara jalur-jalur lalulintas dan pejalan kaki berupa hand rail, penghalang atau marka lantai, mempunyai penghalang di sekitar lubang atau daerah yang tersedia.

Bengkel dan laboratorium kejuruan merupakan cerminan miniatur industri yang tentunya membutuhkan ketepatan baik dalam standarisasi ruang praktik dan kemudahan yang menunjang pembentukan kompetensi. Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang mutlak diperhatikan oleh pengelola bengkel/laboratorium. Berdasarkan standar-standar yang dikembangkan Ismara & Prianto, maka dihasilkan standar-standar ideal yang perlu dipersiapkan Sekolah Menengah kejuruan untuk memperlihatkan layanan optimal kepada peserta didik khususnya dalam menyebarkan kompetensi keahlian peserta didik. Standar-standar yang harus diperhatikan pengelola bengkel antara sebagai berikut.
a. Standar Bangunan Bengkel/Laboratorium
Bengkel/laboratorium yang nyaman untuk dipakai praktik tentunya mempunyai standar bangunan itu sendiri. Tidak terlalu sempit bahkan tidak terlalu luas dengan kata lain bangunan harus ideal. Selain itu, terusan kendaraan untuk bongkar/muat barang dan produk sanggup dilalui kendaraan besar. Berdiri di lahan yang luas, kondusif dari musibah (banjir, tanah longsor, dan tanah retak), tahan gempa, kokoh, dan bersertifikat memperlihatkan pengguna dan pengelola di dalam bengkel/laboratorium menjadi aman, nyaman, dan optimal dalam mengeksplorasi keterampilan di bidang vokasionalnya.

Beberapa poin yang harus dipenuhi oleh pengelola bengkel sebagai berikut.
  1. Lebar bengkel lebih dari 15 m
  2. Tinggi bengkel per lantai lebih dari 6 m
  3. Rasio lebar dengan tinggi yaitu 1 : 2
  4. Luas minimal lantai per murid lebih dari 5 m2/murid
  5. Jarak minimal bangunan bengkel dengan bangunan lain setidaknya sanggup diakses Truck ( > 4 m)
  6. Akses jalan menuju bengkel sanggup diakses Truck ( > 4 m)
  7. Setiap 3 m terdapat kolom untuk semua konstruksi bengkel
  8. Pondasi dalam tiang pancang (paku bumi)
  9. Dinding bengkel dari kerikil bata merah 
  10. Atap bengkel terbuat dari materi PVC
  11. Konstruksi rangka atap ialah bja plat I
  12. Bengkel bersertifikat SHM sendiri, milik sendiri, dan mempunyai IMB.
b. Standar Lantai Bengkel/Laboratorium
Lantai bengkel yang terbuat dari cor efektif untuk meredam getaran dari alat-alat yang mempunyai getaran cukup besar. Sehingga tidak menjadikan kebisingan yang mengganggu dan getaran tidak merambat terlalu jauh ke area lain. Lantai cor juga efektif apabila ada peralatan atau materi yang terjatuh maka lantai tidak akan gampang mengalami kerusakan. Persyaratan lantai bengkel yang baik sebagai berikut.
  1. Lantai khusus kerja logam berupa beton cor dengan plester halus.
  2. Lantai khusus ruang pelatih berupa keramik/kayu
  3. Lantai khusus ruang teknisi/toolman berupa keramik/kayu.
  4. Lantai khusus ruang kelas (rombel) berupa keramik/kayu.
  5. Lantai khusus ruang ganti/toilet berupa keramik.
  6. Lantai khusus gudang penyimpanan berupa beton cor plester halus.
  7. Lantai khusus laboratorium bengkel berupa keramik/kayu.
  8. Pewarnaan lantai menggunalan cat khusus epoxy floor coating dengan materi resin dan hardener. 
  9. Warna demarkasi lantai mengacu pada rambu K3, bersih, jelas, terawat, dan ada petunjuk arah/lalu lintas.
  10. Tidak ada lantai yang rusak dan kondusif untuk dilewati forklift.
c. Standar Pintu Bengkel/Laboratorium
Bengkel harus mempunyai sekat portabel yang sanggup dipindah- pindah, sehingga penggunaannya sanggup disesuaikan. Sekat sanggup dirapikan mendekati tembok ibarat tampak pada gambar, apabila memerlukan area kerja yang cukup luas. Pada ketika melaksanakan ujian praktik sekat sanggup ditempatkan sesuai dengan kebutuhan. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan desain penyekatan bengkel yang bisa mempartisi ruangan, area kerja, dan kelas yang mempunyai standar terbaik sebagai berikut.
  1. Bahan penyekat dari Full Kaca
  2. Tinggi penyekat lebih dari 3 meter.
  3. Jenis penyekat ialah semi permanen.
  4. Keamanan penyekat harus kedap suara, kondusif terhadap getaran dan gempa bumi.
e. Standar Layout Bengkel/Laboratorium
Layout bengkel/laboratorium merupakan belahan penting dalam memperlihatkan informasi mengenai bagan dan dimensi dari masing- masing ruang. Layout bengkel yang baik perlu memperlihatkan keterangan petunjuk mitigasi bencana. Pengenalan layout bengkel/laboratorium sanggup dipublikasikan baik di dalam dan luar ruangan pada bengkel sebagai informasi dan tata letak dari bengkel/laboratorium. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan desain layout bengkel Abad 21 yang berorientasi pada pembelajaran model Teaching Factory dengan kelengkapan sebagai berikut.
  1. Bentuk lokasi bengkel berbentup sayap.
  2. Tipe layout bengkel dengan kombinasi line production
  3. Level proses dalam layout bengkel ditata sesuai dengan urutan level kompetensi yang jelas, rapi, dan berkelanjutan.
  4. Publikasi desain layout bengkel harus mempunyai prototype dalam bentuk 3D yang dipamerkan di bengkel.
  5. Informasi layout harus detail, sesuai dengan kondisi sekarang, dan memperlihatkan informasi mitigasi bencana.
f. Standar Pergudangan dan Area-Area Khusus Penyimpanan
Bengkel harus mempunyai area yang lengkap dan tertata dengan cukup rapi. Bagian dinding terdapat beberapa papan tempel yang memperlihatkan informasi bermanfaat tidak hanya untuk pengguna bengkel namun juga bagi orang lain yang memasuki bengkel juga mendapat tambahan informasi dan wawasan melalui papan tempel tersebut. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaiman gudang dan area penyimpanan menjadi ruangan yan tidak terisolir dan terkesan rapi, bersih, tertata, dan teratur. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam penataan gudang dan area penyimpanan di dalam bengkel.
  1. Gudang perlu dipisahkan antara gudang alat, asesoris mesin, materi praktik gampang meledak dan tidak meledak.
  2. Struktur gudang dengan atap yang tinggi, mempunyai banyak ventilasi, jendela, tidak lembab, kokoh.
  3. Lantai gudang di hardener dengan dilengkapi informasi pedestrian dan jalur kemudian lintas forklift. 
  4. Pintu gudang didesain sanggup dilewati truk untuk loading alat/mesin atau materi praktik. 
  5. Gudang mempunyai ruang administrasi, perangkat komputer, rak/lemari, dan wastafel. 
  6. Ruang display produk yang tertata rapi, mempunyai album koleksi produk, dan dilengkapi video produk terbaik. 
  7. Ruang display alat/mesin atau prototype yang tertata rapi, mempunyai album koleksi inventaris bengkel, dan dilengkapi video profil bengkel. 
  8. Terdapat ruang penyimpanan sisa materi praktik/limbah produksi.
g. Standar Kenyamanan Pandangan
Pandangan dan pencahayaan dalam bengkel harus sangat baik sebab pencahayaan alami yang efisien berasal dari luar sehingga sanggup masuk dengan maksimal. Pencayaan juga perlu diperhatikan semoga tidak menyilaukan pekerja yang ada di dalam bengkel. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana mengoptimalkan cahaya alami dan melaksanakan manajemen penyebaran cahaya buatan. Kecermatan dalam pemilihan pencahayaan memperlihatkan efektifitas produksi dan memperlihatkan kenyamanan pandangan dalam praktikum. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam menciptakan kenyaman pandangan menjadi lebih efektif.
  1. Luas area jendela dengan luasan bengkel lebih dari 40%. 
  2. Susunan jendela berbentuk bilateral dengan susunan 4 jendela dengan satu celah dinding.
  3. Tinggi jendela ialah batas tertinggi atap bengkel. 
  4. Tipe beling bening dengan ketebalan beling lebih dari 1 cm, jenis tempered glass.
  5. Jenis jendela ialah kombinasi antara jendela tetap dengan model swing/nako/ geser.
  6. Kaca jendela harus bersih, mengkilap, dan dibersihkan setiap hari.
  7. Pengaturan cahaya alami sangat teduh, cahaya menyebar hingga 50% area bengkel.
  8. Penerangan buatan yaitu berpijar, tidak panas, tidak menyilaukan. 
  9. Sistem pencahayaan umum ialah 50% cahaya natural, 50% cahaya buatan.
  10. Pantulan cahaya memantul ke semua belahan bengkel.
  11. Cahaya buatan interior terdiri dari satu lampu bisa mengkover lebih dari 2 area kerja. 
  12. Cahaya buatan lokal dalam alat/mesin dilengkapi asesoris lampu dan 1 lampu penerang di atas mesin. 
  13. Cahaya buatan eksterior dilengkapi 1 lampu eksterior bisa menerangi dengan terang pada jarak 3 - 5m. 14. Tersedia lampu emergency portabel, permanen/ terpasang, dan berfungsi baik.

h. Standar Kenyamanan Pendengaran
Suara yang bising tentunya memperlihatkan pekerjaan menjadi kurang nyaman. Peredam yang sempurna dengan karakteristik pekerjaan yang ada di bengkel perlu dipertimbangkan. Area-area khusus yang kedap bunyi menjadi pertimbangan dalam tata kelola layout bengkel/laboratorium kejuruan. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana memperlihatkan kenyamanan pendengaran bagi pengguna bengkel/laboratorium dan menekan tingkat kebisingan. Kecermatan dalam pengelolaan alat/mesin memperlihatkan efektifitas produksi dan memperlihatkan kenyamanan pendengaran dalam praktikum. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam menciptakan kenyaman pendengaran menjadi lebih efektif.
  1. Peredaman kebisingan alat/mesin dengan mengisolasi alat/mesin yang menghasilkan kebisingan pada area khusus berperedam.
  2. Ambang batas kebisingan ialah 70-85 db (seperti bunyi vacuum cleaner). 
  3. Memiliki 2 atau lebih alat pengukur kebisingan dan berfungsi baik.

i. Standar Panas dan Ventilasi
Pertimbangan panas dan ventilasi penting diperhatikan ketika akan merencanakan suatu bengkel. Ventilasi yang efektif sanggup melalui lubang udara (ventilator) dan blower (penghisap udara di dalam bengkel). Ventilasi-ventilasi ini akan mengurangi suhu yang ada di dalam ruangan yang berdampak pada kenyaman pekerja di dalam bengkel. Kecermatan dalam pengelolaan alat/mesin yang sanggup menghasilkan panas serta pemilihan aksesori bangunan sanggup menekan tingkat panas yang terjadi di dalam ruangan. Oleh sebab itu, perlu adanya pertimbangan- pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam meminimalisir panas yang dalam ruang kerja yaitu bengkel/laboratorium.
  1. Sirkulasi udara segar lebih dari 30%. 
  2. Sistem ventilasi bengkel menggunakan ventilasi, Kipas 1. Sirkulasi udara segar lebih dari 30%. 2. Sistem ventilasi bengkel menggunakan ventilasi, Kipas Angin, air cooler, dan Blower.
  3. Sistem ventilasi ruangan/laboratorium kerja dengan komposisi 1 ruangan dengan 2 AC.
  4. Kelembapan bengkel ialah 50% (Sejuk, Nyaman). 
  5. Kelembapan ruangan kurang dari 50% (Dingin).
  6.  Memiliki alat pengukur kelembaban udara (hygrometer) dan berfungsi baik.
  7. Suhu bengkel antara 20 - 25 °C.
  8. Suhu ruangan antara 20 - 25 °C. 
  9. Memiliki alat pengontrol suhu ruangan dan berfungsi baik. 
  10. Tipe alat pengontrol suhu ruangan ialah otomatis, bersensor, dan berfungsi baik. 

j. Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan prinsip dasar dalam pengelolaan bengkel/laboratorium. Penggunaan K3 dalam praktikum memperlihatkan keselamatan bagi pengguna bengkel, usia alat/mesin, kualitas praktik, dan keselamatan lingkungan sekitar. K3 sangat penting diterapkan bagi pengguna bengkel/ laboratorium semoga kecelakaan kerja sanggup diminimalisir dan Standar Operasional Prosedur diterapkan secara tepat. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana K3 tersebut sanggup hadir dalam lingkungan bengkel/laboratorium yang mempunyai terusan gampang dijangkau dan dipergunakan secara fleksibel. Kondisi perlengkapan K3 rutin dilakukan pengecekan untuk memastikan perlengkapan K3 dalam kondisi prima dan layak digunakan. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam meminimalisir kecelakaan kerja di dalam bengkel/laboratorium dengan merujuk pada informasi berikut ini.
  1. Peralatan K3 lengkap, berfungsi dengan baik, selalu digunakan, dan terawat.
  2. Informasi K3 sangat lengkap disetiap alat/mesin, bersih, jelas, dan komunikatif.
  3. Simbol K3 sangat lengkap disetiap alat/mesin dan area kerja, jelas, komunikatif, sesuai hukum yang berlaku.
  4. Standarisasi perlengkapan K3 yaitu terstandar ISO, OHSA, ANSI, dll.
  5. Rasio ideal alat K3 dengan pengguna ialah 1:1. 
  6. Penerapan 5 R di setiap waktu.
  7. Memiliki ruangan khusus terisolasi dengan keamanan terbaik.
  8. Bengkel sangat aman, nyaman, dan terhindar dari ancaman kerja.
  9. Perlengkapan K3 ada di setiap alat/mesin atau berada disetiap area kerja dan tersusun rapi dalam kabinet.
  10. Kondisi perlengkapan K3 ialah bersih, terawat, modern, kondusif dan berfungsi baik.
  11. P3K lengkap dan berada di setiap area kerja.
  12. Penanganan kecelakaan kerja yaitu cepat, pengguna terampil dalam penanganan kecelakaan kerja, bersahabat dengan pusat kesehatan.
  13. Perawatan alat/mesin selalu memperhatikan running maintenance.
  14. Pencegahan kecelakaan kerja dengan menerapkan manajemen SMK3 berjalan efektif, ada monev K3, penghargaan.
k. Standar Ergonomic Checkpoint
Ergonomic checkpoint merupakan model terbaru bagi pengelola bengkel dalam memperhatikan area kerja sebagai prioritas dalam kenyamanan bekerja. Kecelakaan kerja sanggup diminimalisir apabila bengkel/laboratorium mempertimbangkan secara cermat faktor ergonomik dalam bekerja. Area kerja dan kemudian lintas produksi menjadi lancar dengan adanya informasi-informasi dalam ergonomic checkpoint. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana ergonomic checkpoint tidak hanya mempertimbangkan pewarnaan lantai bengkel saja, melainkan mencakup banyak aspek. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam meminimalisir cedera fisik dan kecelakaan kerja di dalam bengkel/laboratorium dengan merujuk pada informasi berikut ini.
  1. Luas area kerja setiap alat/mesin lebih dari 3 m2/ pengguna.
  2. Lalu lintas bengkel minimal sanggup dilalui dua forklift berpapasan.
  3. Terdapat kursi fleksibel (beroda), kuat, nyaman dan sanggup diatur.
  4. Lantai bengkel halus, rata, dan tidak gelombang di area bengkel.
  5. Penataan alur produksi yaitu loading/ unloading material/mesin menggunakan crane.
  6. Alat pengungkit pekerjaan menggunakan alat pengungkit otomatis.
  7. Desain alat praktik modern, gampang digunakan, informatif, dan nyaman digunakan.
  8. Inspeksi alat rutin/selalu dilakukan.
  9. Terdapat informasi berkaitan tanda, warna, petunjuk penggunaan yang jelas, dan informasi inventarisasi. 
  10. Selalu menggunakan jig & fixture disetiap pekerjaan.
  11. Kenyamanan instrumentasi dan pengukuran dilakukan di area khusus dengan disorot oleh lampu pijar.
  12. Instalasi kelistrikan dipasang di atas, rapi, dan tidak mengganggu proses pekerjaan. 
  13. Selalu melaksanakan gerakan strecthing bersama-sama.

l. Standar Mitigasi Bencana
Mitigasi tragedi merupakan sikap tanggap darurat kepada pengguna bengkel jikalau terjadi tragedi baik yang terinformasi secara massif atau yang isidental. Pemahaman mitigasi tragedi penting ditekankan kepada pengguna serta pengelola bengkel/laboratorium semoga keselamatan human menjadi prioritas dengan memperhatikan informasi-informasi mitigasi tragedi semoga penyelamatan menjadi satu pintu. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana pelaksanaan mitigasi tragedi tidak hanya melalui integrasi dalam muatan pembelajaran tetapi mewujudkannya dalam bentuk informasi-informasi mengenai mitigasi bencana. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam mengatur implementasi mitigasi tragedi di bengkel/laboratorium dengan merujuk pada informasi berikut ini.
  1. Pengetahuan mitigasi tragedi selalu disampaikan di setiap pembelajaran di bengkel.
  2. Informasi Denah Evakuasi Bencana diwujudkan dalam prototype jalur penyelamatan dalam bentuk 3D.
  3. Petunjuk penyelamatan ada di dinding, lantai, dan berada pada setiap area yang gampang dilihat.
  4. Tersedia beberapa pintu darurat yang gampang di akses.
  5. Titik kumpul berada dalam tanah yang stabil, beton, dan jauh dari gedung bertingkat atau pohon.
  6. Tersedia APAR di setiap area kerja dan gampang dijangkau.
  7. Alarm tanda ancaman ada di setiap area, berfungsi baik, dan tersambung dengan sound system.

m. Standar Alat dan Mesin
Alat dan mesin yang ada di dalam bengkel maupun laboratorium lebih optimal kinerjanya apabila dalam kondisi gres atau sudah dipakai dalam kurun waktu 5 tahun. Upgrading alat dan mesin menyesuaikan kebutuhan dan demam isu yang berkembang di industri. Kemajuan standar alat dan mesin yang di industri perlu diikuti oleh sekolah kejuruan semoga kompetensi yang diberikan sanggup dinamis mengikuti perkembangan zaman. Kondisi yang murah, ekonomis energi, dan efektif memberi potensi bagi pengelola bengkel yang membeli alat/mesin dalam kondisi gres dan bukan dari barang bekas. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana standar alat dan mesin tidak hanya ada, melainkan diperhitungkan usia pakai serta kecanggihan mesin semoga tidak out of date. Pertimbangan- pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam mengatur implementasi mitigasi tragedi di bengkel/laboratorium dengan merujuk pada informasi berikut ini.
  1. Kebaharuan alat/mesin berada pada pembuatan 5 tahun terakhir.
  2. Perawatan alat/mesin secara berkala, terjadwal, dan rutin melaksanakan running maintenance.
  3. Tersedia banyak sekali varian asesoris alat/mesin yang lengkap. 
  4. Sistem kerja alat/mesin Berbasis daring, wireless.

n. Standar Instalasi Kelistrikan
Kelistrikan merupakan belahan dalam bengkel sebab hampir setiap alat dan mesin bersinggungan dengan listrik. Instalasi kelistrikan di dalam ruangan betul-betul dipertimbangkan semoga rapi dan tidak menggangu kemudian lintas di dalam bengkel. Pemasangan instalasi ini perlu dipertimbangkan semoga tidak terjadi konsleting serta dijauhkan dari zat-zat yang gampang terbakar. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana standar instalasi kelistrikan yang kondusif dan terhindar dari arus pendek pada beban yang berlebih. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam mengatur implementasi instalasi kelistrikan di bengkel/laboratorium dengan merujuk pada informasi berikut ini.
  1. Daya listrik yang dipakai ialah 3 phasa
  2. Pembagian daya listrik ialah 1 kontak/1 mesin
  3. Penggunaan genset ialah 1 genset untuk 2 unit 
  4. Sekring khusus daya yaitu 1 sekering untuk 1 unit
  5. Sistem jalur kabel yaitu terletak di atas, rapi, dan tersembunyi
  6. Sirkuit lampu untuk 1 sirkuit untuk lebih dari 5 lampu 
  7. Stop kontak ada disetiap jarak 2 - 2,9 m

o. Standar Efisiensi Energi
Pengelolaan bengkel dan laboatorium rawan sekali dengan pemborosan baik energi listrik dan konsumsi material. Sekolah yang berwawasan sustainable development perlu memperhatikan efisiensi energi yang memperlihatkan manfaat terhadap aksentuasi biaya operasional produksi. Tidak hanya efisiensi energi yang diperhatikan, tetapi bagaimana pengelola melihat limbah produksi menjadi produk gres yang bisa mengakomodir pengasahan keterampilan siswa. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana standar efisiensi energi yang efektif dan efisien. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam mengatur memperhatikan efisiensi energi di bengkel/laboratorium dengan merujuk pada informasi berikut ini.
  1. Penggunaan solar sell mempunyai lebih dari 1 solar sell dan dimanfaatkan.
  2. Penggunaan energi angin mempunyai lebih dari 1 kincir angin yang dimanfaatkan.
  3. Pendaur-ulangan sisa produksi untuk materi praktik gres dan sanggup dijual.
  4. Pencahayaan bengkel lebih dari 50% alami dan sisanya buatan.

p. Standar Fasilitas Tambahan
Standar kemudahan tambahan ialah peralatan dan perlengkapan yang menunjang bengkel semoga tidak terjadi kecelakaan kerja, alat bantu teknis, dan kebakaran. Fasilitas tambahan seyogyanya harus disampaikan kepada para pengguna bengkel semoga mereka para pengguna sanggup mengetahui letak/posisi kemudahan tambahan itu berada. Pengelola bengkel perlu mempertimbangkan bagaimana standar kemudahan tambahan yang baik dan efektif. Pertimbangan-pertimbangan berikut ini sanggup menjadi informasi dalam mengatur tata kelola kemudahan tambahan di bengkel/laboratorium dengan merujuk pada informasi berikut ini.
  1. Fasilitas air minum ialah 1 unit / <25 siswa
  2. Fasilitas basuh tangan ialah 1 unit / <10 siswa
  3. Terdapat toilet laki-laki dan wanita, ada daerah basuh tangan, WC Duduk dan kloset, dibersihkan setiap hari
  4. Tersedia masakan & minuman, ada terusan internet, dan sebagai ruang diskusi 5. Terdapat komputer, meja dan kursi, diskusi, dan berakses internet cepat 6. Tersedia loker yang aman, ada gantungan baju, lemari serbaguna, dll 

Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21 (Buku SMK) ini selengkapnya berisi antara lain:

BAB I. BENGKEL DAN LABORATORIUM SMK
A. Pengantar Bengkel & Laboratorium
B. Persyaratan Pokok Bengkel & Laboratorium
  1. Persyaratan Umum Bengkel dan Laboratorium
  2. Persyaratan Ruang Praktik Sekolah Menengah kejuruan Berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional DAK Fisik Bidang Pendidikan 
  3. Standar-Standar Utama dalam Bengkel dan Laboratorium
BAB II. MENATA BENGKEL YANG SEHAT, SELAMAT, NYAMAN, DAN MODERN
A. Bengkel yang Sehat dan Selamat
  1. Mengenali Bahaya (Hazard) di dalam Bengkel & Laboratorium
  2. Pengelolaan Bengkel & Laboratorium dengan Memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 
B. Bengkel yang Nyaman
  1. Menerapkan Prinsip Ergonomic Checkpoint
  2. Penerapan Budaya 5S/5R
  3. Penggunaan Material Handling
C. Bengkel yang Modern
  1. Pembelajaran Berorientasi Abad 21
  2. Pendekatan 4C’s dalam Penataan Bengkel dan Laboratorium Kejuruan
  3. Pembelajaran STEM dalam Bengkel dan Laboratorium
  4. Babak Baru Revolusi Industri 4.0 
  5. Sektor Strategis Sekolah Menengah kejuruan yang Terdisrupsi Revolusi Industri 4.0
BAB III. PROTOTYPE BENGKEL DAN LABORATORIUM SMK
A. Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa
  1. Bengkel Teknik Pemesinan
  2. Bengkel Otomasi Industri 
B. Bidang Keahlian Pariwisata
  1. Laboratorium Tata Busana
  2. Laboratorium Tata Boga 
C. Bidang Keahlian Kemaritiman
  1. Bengkel Nautika Kapal Penangkap Ikan
  2. Bengkel Industri Perikanan Laut
D. Bidang Keahlian Industri Kreatif
  1. Laboratorium Desain Komunikasi Visual
  2. Bengkel Desain Interior dan Teknik Furnitur 
E. Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi
  1. Laboratorium Desain Komunikasi Visual
  2. Laboratorium Otomatisasi Pertanian
F. Fasilitas Pendukung Bengkel dan Laboratorium Sekolah Menengah kejuruan
  1. Ruang Penyimpanan
  2. Ruang Instruktur
  3. Ruang Area Praktik 
  4. Ruang I-Spaces (Digital Classroom
  5. Ruang Display
BAB IV. KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU BENGKEL
A. Program Sekolah Menengah kejuruan Revitalisasi
B. Program Sekolah Menengah kejuruan Teaching Factory
C. Program Kelas Industri
D. Sekolah Menengah kejuruan CSR

    Download Buku Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21 ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:



    Download File:

    Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21.pdf

    Sumber: http://psmk.kemdikbud.go.id

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Panduan Modernisasi Bengkel dan Laboratorium Kejuruan Abad 21. Semoga bisa bermanfaat.

    Artikel Terkait

    Belum ada Komentar untuk "Panduan Modernisasi Bengkel Dan Laboratorium Kejuruan Kurun 21 (Buku Smk)"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel