Pembiayaan Operasional Non Personalia Untuk Optimalisasi Mutu Lulusan Smk

Berikut ini yakni berkas mengenai Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan SMK. Buku ini diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2018. Download file buku format PDF.

 Berikut ini yakni berkas mengenai Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisa Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan SMK
Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan SMK

Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan SMK

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas buku mengenai Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan SMK:

Baca Juga

Terkait dengan penyediaan saluran pendidikan menengah dalam hal ini Sekolah Menengah kejuruan yang berkualitas, untuk membuat SDM terdidik yang bisa memenuhi kebutuhan pasar kerja, dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan global era revolusi industri ke-4. Pada era ini teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan insan sehingga segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited). Saat ini semua sendi kehidupan telah dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas insan dan mesin.

Kebijakan strategis perlu dirumuskan dalam banyak sekali aspek mulai dari kelembagaan, bidang keahlian, kurikulum, sumber daya, serta pembiayaan. Buku ini disusun menurut kajian hasil penelitian ihwal pembiayaan operasional non-personal di Sekolah Menengah kejuruan untuk optimalisasi mutu lulusan, dimana hasil kajian tersebut merupakan gagasan yang ditawarkan oleh penyusun sehabis mendapatkan masukan melalui FGD dengan para parktisi (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, Unsur Direktorat PSMK, dan juga para akademisi dari Perguruan Tinggi). Buku ini menyampaikan Gagasan ihwal perencanaan pembiayaan operasional non personalia untuk meningkatkan mutu lulusan Sekolah Menengah kejuruan pada beberapa bidang keahlian. Sedangkan pembiayaan investasi belum menjadi cakupan isi buku ini.

Buku ini disusun berbasis pada data penelitian yang telah dilakukan di tiga wilayah Indonesia yaitu wilayah barat, tengah dan timur. Ketiga wilayah tersebut selanjutya dipilih perwakilan Provinsi secara random, dan setiap Provinsi terpilih diwakili oleh satu Program Keahlian dari 9 Bidang Keahlian Sekolah Menengah kejuruan yang sudah mendapatkan izin selaku LSP-P1. Dengan selesainya penyusunan Buku ini, penyusun mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya, diiringi dengan ucapan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini. Penyusun berharap buku ini sanggup bermanfaat dan sanggup dipergunakan oleh seluruh instansi terkait, baik negeri maupun swasta sehingga bisa merancang pembiayaan operasional non personalia untuk meningkatkan mutu lulusan SMK.

A. Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan
Revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat yakni suatu era dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas akhir perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas insan dan mesin menjadikan segala hal menjadi tanpa batas. Era ini juga akan mendisrupsi banyak sekali acara manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta bidang pendidikan.

Peserta didik di era digital ini tentunya sangat berbeda karakteristiknya dengan era dimana pendidik hidup di usianya. Prensky menyebutkan bahwa generasi yang lahir di era digital ini yakni digital native, yang artinya, semenjak lahir telah dilingkupi oleh banyak sekali macam peralatan digital menyerupai computer, video game, digital music player, kamera video, telepon seluler serta banyak sekali macam perangkat khas era digital (Prensky, 2001). Kondisi ini besar lengan berkuasa besar pada psikologis bawah umur muda bangsa ini. Secara psikologis, insan berada pada perkembangan peta kognitifnya, perkembangan beragamnya kebutuhan, perubahan pada kebiasaan, adat istiadat, budaya dan tata nilainya. Seiring dengan perkembangan zaman, secara tidak pribadi terjadi pergeseran nilai dan makna dalam cara memandang suatu permasalahan. Penanaman abjad baik ini harus dilakukan oleh seorang guru dengan pola pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman masa 21.

Pendidikan masa 21, mengacu pada tiga konsep pendidikan (yang telah disesuaikan oleh Kemendikbud RI) untuk menyebarkan kurikulum baru, pada semua tingkatan pendidikan dari SD hingga SLTA. Tiga konsep itu adalah, 21st century skills (Trilling dan fadel, 2009), Scientific Approach (Dyer, et. Al, 2009) dan Authentic Assesment (Wiggins dan Mc Tighe, 2011), disesuaikan untuk menyebarkan pendidikan Indonesia menuju Generasi Emas tahun 2045. Untuk menjawab tantangan itu, seorang guru masa 21 juga bergeser persepsinya ihwal mencar ilmu dan mengajar. Guru masa 21 haruslah mempunyai kreatifitas dan penemuan yang tinggi untuk sanggup memenuhi layanan pembelajaran yang akan diberikan pada penerima didiknya.

Guru masa 21 harus mengubah gaya mengajar dari cara usang menjadi gaya mengajar yang lebih komunikatif. Untuk itu pembelajaran harus merujuk pada empat abjad mencar ilmu masa 21 yang dikenal dengan 4C yaitu critical thinking dan problem solving, creative dan innovation, collaboration, dan communication.

Tugas Guru dalam suatu proses pembelajaran di masa 21 yakni memfasilitasi penerima didik untuk berpikir kritis dan kreatif dengan menyajikan isu-isu penting ihwal permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian penerima didik akan termotivasi untuk mengasah kemampuan berpikirnya dalam meyelesaikan setiap permasalahan yang muncul, sehingga sanggup mengonstruk pengetahuannya sendiri. Dalam proses mengonstruk pengetahuan tersebut seorang guru harus menyampaikan kesempatan pada setiap penerima didiknya, untuk berkolaborasi dengan sobat lain dalam kelompok (team work), sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi multi arah. Komunikasi timbal balik antara guru dengan penerima didik, penerima didik dengan guru, serta komunikasi dengan sumber belajar. Dengan demikian salah satu kiprah guru dalam proses pembelajaran yakni menjadi penghubung sumber mencar ilmu (resources linker) sehingga pendidikan bukanlah proses mengisi wadah yang kosong, melainkan proses menyalakan api pikiran (W.B. Yeats).

Agar proses pembelajaran tersebut sanggup berlangsung dengan baik satuan pendidikan harus bisa menyediakan seperangkat planning dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran, serta cara yang dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pendidikan yakni perjuangan sadar dan terpola untuk mewujudkan suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran biar penerima didik secara aktif menyebarkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, watak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (Kemendikbud, 2003). Sejalan dengan pengertian tersebut pendidikan nasional berfungsi menyebarkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk menyebarkan potensi penerima didik biar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sujadi, 2017).

Lembaga pendidikan berfungsi sebagai suatu impian atau keinginan masyarakat dalam mendidik generasi muda sehingga bisa berperan dalam mempertahankan nilai-nilai yang dianggap baik, memperbaiki nilai-nilai usang menjadi nilai yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan menyebarkan nilai-nilai gres yang mempunyai kegunaan bagi masyarakat. Tuntutan masyarakat tersebut muncul disebabkan adanya perubahan nilai dalam masyarakat, perubahan sistem sosial, perubahan dalam perekonomian, perubahan politik, perkembangan dalam ilmu dan teknologi, perubahan kebijakan pendidikan, dan banyak sekali kasus yang terjadi dalam dunia internasional. Perubahan sistem sosial merupakan perubahan yang dirancang secara sistematis biar terjadi tetapi perubahan sistem sosial itu sanggup pula terjadi lantaran banyak sekali faktor yang tidak dalam kontrol dan tidak direncanakan. Perubahan sistem sosial yang dirancang mungkin berkaitan dengan aspek kehidupan lain contohnya ketika terjadi perubahan dalam sistem ketatanegaraan dari sistem yang sentralistis ke desentralistis, kehidupan ekonomi dari agraris ke industri, kehidupan ekonomi dari industri ke informasi, kehidupan ekonomi dari informasi ke kreatif, kehidupan ekonomi dari kreatif ke mindset. Perubahan sistem nilai dalam masyarakat terjadi akhir dari terjadinya banyak sekali perubahan dalam masyarakat dan sebagaimana perubahan lainnya menuntut forum pendidikan untuk mempersiapkan penerima didiknya untuk kehidupan gres yang diperkirakan tersebut. Pendidikan harus peduli dan berupaya mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan yang lebih baik dengan nilai-nilai kehidupan yang lebih baik, perilaku hidup yang lebih membangun gambaran kebangsaan yang positif, produktif, dan mengangkat harkat bangsa dalam bantuan terhadap masyarakat dunia. Kebijakan pendidikan yang mengabaikan kenyataan ini akan sangat merugikan kehidupan bangsa di masa mendatang. Untuk itu abjad bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM lantaran turut memilih kemajuan suatu bangsa.

Terdapat lima elemen penting yang harus menjadi perhatian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:
  1. Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di sekolah menyerupai pembiasaan kurikulum pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, serta mengintegrasikan objek fisik, digital dan insan untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy dan human literacy.
  2. Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan menengah yang adaptif dan responsif terhadap era revolusi industri 4.0 dalam menyebarkan transdisiplin ilmu dan bidang keahlian yang dibutuhkan.
  3. Persiapan sumber daya insan khususnya guru dan peneliti serta perekayasa yang responsif, adaptif dan handal untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan penemuan juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi.
  4. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung era revolusi industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset.
  5. Terobosan penemuan dan perkuatan sistem penemuan untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.

Terkait dengan era ‘disruptive technology’, dunia pendidikan menjadi garis depan untuk mewujudkan perubahan peradapan kehidupan. Sebagai salah satu forum pencetak tenaga trampil yang bisa mengubah peradapan kehidupan, Sekolah Menengah kejuruan harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan harus bisa merespon kebutuhan masyarakat. Saat ini sudah banyak forum pendidikan yang melaksanakan kegiatan pembelajaran secara online, sehingga Sekolah Menengah kejuruan harus bisa menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi tersebut biar sekolah dalam hal ini Sekolah Menengah kejuruan tidak ditinggalkan atau harus tutup. Meskipun dunia cepat berubah, namun dunia pendidikan harus bisa cepat adaptif dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman dengan tetap menjaga abjad Indonesia.

Setelah semenjak dua tahun kemudian pemerintah sibuk pada fokus membangun infrastruktur, kini saatnya pemerintah untuk fokus pada menyiapkan Sumber Daya Manusia. Selama ini anggaran untuk pendidikan vokasional terlampau kecil dan belum menjadi prioritas Beberapa pihak telah merekomendasikan pemerintah untuk memperbanyak sekolah kejuruan yang kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan revolusi industri 4.0 baik dalam sistem pendidikan formal maupun non-formal. Namun, selama ini terjadi mismatch antara kompetensi yang dibangun melalui pendidikan di sekolah kejuruan dengan kebutuhan di industri.

Indonesia tidak bisa menghindari terjadinya revolusi industri 4.0. Dengan adanya revolusi tersebut, banyak pekerjaan yang bersifat repetitif terancam dihilangkan dan digantikan oleh teknologi. Meskipun demikian, dengan adanya era revolusi industri 4.0 akan muncul pekerjaan yang baru. Untuk itu bangsa Indonesia harus menyiapkan anak muda penerus bangsa biar sanggup menyesuaikan diri dengan menyediakan pendidikan yang sanggup mengoptimalkan pengetahuan dan teknologi yang tersedia ketika ini melalui digitalisasi, komputasi dan kemampuan analisis data global. Berdasarkan rumusan kompetensi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam era teknologi oleh presiden bersama pemimpin-pemimpin perusahaan terkemuka di Indosnesia, setidaknya ada lima kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga kerja, antara lain kemampuan bahasa absurd terutama Bahasa Inggris, penguasaan bahasa pemrograman (coding), kepemimpinan, kemampuan komunikasi, dan kreativitas.

Untuk mengatasi kasus tersebut, pemerintah telah menyusun kerangka revitalisasi Sekolah Menengah kejuruan dengan munculnya Inpres No. 9 Tahun 2016. Inpres tersebut memfasilitasi biar industri menerima pasokan tenaga kerja kompeten dan semua lulusan Sekolah Menengah kejuruan bisa menerima pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya. Untuk itu penyelenggaraan pendidikan Sekolah Menengah kejuruan harus menghasilkan lulusan yang memenuhi tuntutan masyarakat dan dunia kerja. Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah kejuruan harus didukung dengan biaya pendidikan yang sepadan dengan keterampilan yang akan diperoleh lulusan Sekolah Menengah kejuruan era revolusi industri 4.0. PP Nomor 48 Tahun 2008 ihwal Pendanaan Pendidikan pada pasal 3 ayat 3 mengklasifikasikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan ke dalam biaya investasi dan biaya operasi. Selanjutnya biaya investasi terdiri atas biaya investasi lahan pendidikan dan biaya investasi selain lahan pendidikan. Biaya investasi menjadi tanggungjawab Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Untuk biaya operasi diklasifikasikan menjadi dua yaitu, biaya personalia dan nonpersonalia. Buku ini pembahasannya akan difokuskan pada biaya operasional non personalia dalam menghasilkan mutu lulusan yang optimal.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu kunci utama untuk menyelenggarakan pendidikan menengah kejuruan yang bisa menyiapkan generasi yang bisa menyesuaikan diri dengan Industrial Revolution 4.0 yakni meningkatkan kualitas pembelajaran selaras dengan Education 4.0 atau terjadinya link and mach antara pendidikan di Sekolah Menengah kejuruan dan Kebutuhan Dunia Industri. Sistem pendidikan kejuruan harus bisa memfasilitasi effective engagement dalam setiap proses pembelajaran. Dalam hal ini Sekolah Menengah kejuruan harus bisa memfasilitasi pembelajaran visual yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melihat hasilnya secara langsung, berkolaborasi dalam mencar ilmu untuk mendorong learner & learning center, dan mengakses alat-alat yang dibutuhkan serta informasi global yang mendukung pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai kebutuhan yang dibutuhkan untuk sanggup menyelenggarakan pembelajaran yang dimaksud dan selanjutnya sanggup dibentuk suatu perencanaan pembiayaan operasional non personalia di Sekolah Menengah kejuruan biar sanggup menghasilkan lulusan yang dibutuhkan dunia kerja dalam era revolusi industri 4.0 menyerupai ketika ini.

B. Revitalisasi SMK
Berangkat dari kesadaran akan pentingnya peranan Sekolah Kejuruan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan meningkatkan daya saing bangsa, pemerintah mengupayakan adanya peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan menengah kejuruan dengan dikeluarkannya Inpres No.9 Tahun 2016 ihwal revitalisasi SMK. Pengembangan Sekolah Menengah kejuruan diselaraskan dengan kebijakan utama pembangunan ekonomi pemerintah, biar pembangunan ekonomi yang direncanakan negara sanggup tercapai. Program Pembangunan di Bidang Ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sebagai pelaksanaan Nawa Cita di bidang Perekonomian yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Ketiga Agenda Nawa Cita tersebut diwujudkan dalam jadwal kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang antara lain pemerataan pembangunan antar wilayah terutama daerah timur Indonesia, membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, membangun transportasi umum masal perkotaan, membangun perumahan dan daerah permukiman, peningkatan kedaulatan pangan, ketahanan air, serta kedaulatan energi.

Dengan mengacu pada Surat Edaran Direktur Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8275/D5.3/KR/2016 ihwal Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan, terdapat Sembilan Bidang Keahlian Sekolah Menengah kejuruan yaitu:
  1. Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa;
  2. Bidang Keahlian Energi dan Pertambangan;
  3. Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi;
  4. Bidang Keahlian Kesehatan dan Pekerjaan Sosial;
  5. Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi;
  6. Bidang Keahlian Kemaritiman;
  7. Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen;
  8. Bidang Keahlian Pariwisata;
  9. Bidang Keahlian Seni dan Industri Kreatif.

Perkuatan pendidikan Sekolah Menengah kejuruan dilakukan dengan memprioritaskan pada bidang keahlian di Sekolah Menengah kejuruan yang diproyeksikan akan tumbuh dan berkembang dengan cepat, sejalan dengan prioritas pembangunan ekonomi nasional. Dengan demikian, diharapkan ketersediaan tenaga terampil yang dihasilkan dari Sekolah Menengah kejuruan sanggup menopang seluruh kebutuhan bangsa. Program Prioritas perkuatan Sekolah Menengah kejuruan tersebut dibagi dalam empat bidang, yaitu: Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi, Bidang Keahlian Kemaritiman, Bidang Keahlian Pariwisata dan Bidang Keahlian Seni dan Industri Kreatif. Secara umum perjuangan yang dilakukan untuk menyebarkan Sekolah Menengah kejuruan di bidang ini yakni dengan menyampaikan dukungan dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah dalam menyebarkan Poros Maritim Indonesia dan membangun ketahanan pangan. Adapun jenis dukungan yang akan diberikan diantaranya (Renstra SMK, 2014):
  1. Bantuan Pengembangan Sekolah Menengah kejuruan Bidang Keahlian Kemaritiman diberikan kepada Sekolah Menengah kejuruan lingkup Program Keahlian Perikanan dan Pengolahan Hasil Perikanan, sanggup dipakai untuk pembangunan fisik/bangunan baik struktur maupun infrastruktur serta peralatan pendidikan termasuk Pembangunan Unit Sekolah Baru. Direktorat PSMK mentargetkan sanggup membangun minimal 400 Sekolah Menengah kejuruan Kemaritiman unggulan pada tahun 2019.
  2. Bantuan Pengembangan Sekolah Menengah kejuruan Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi ditujukan untuk mendukung kebijakan pemerintah menuju ketahanan pangan nasional. Bantuan diberikan kepada Sekolah Menengah kejuruan yang membuka Progam Keahlian Agribisnis Tanaman dan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian dan dipakai untuk pembangunan fisik/bangunan baik struktur maupun infrastruktur serta peralatan pendidikan termasuk untuk pembangunan unit sekolah baru. Direktorat PSMK mentargetkan sanggup membangun minimal 600 Sekolah Menengah kejuruan Agribisnis dan Agroteknologi unggulan pada tahun 2019.
  3. Bantuan Pengembangan Sekolah Menengah kejuruan Bidang Keahlian Pariwisata dilakukan dengan cara menyampaikan dukungan dalam bentuk dana untuk pembangunan ruang dan/atau infrastruktur serta peralatan bagi Sekolah Menengah kejuruan Bidang Studi Keahlian lingkup Pariwisata yang ditunjuk.

Berdasarkan struktur kurikulum pendidikan menengah kejuruan tahun 2017, Program keahlian di dalam empat bidang keahlian yang menjadi prioritas dalam revitalisasi Sekolah Menengah kejuruan yakni sebagai berikut (DitDasMen, 2017):
  1. SMK bidang keahlian agribisnis dan agroteknologi terdiri dari jadwal keahlian: Agribisnis Tanaman, Agribisnis Ternak, Kesehatan Hewan, Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian, Teknik Pertanian, Kehutanan.
  2. SMK bidang keahlian kemaritiman terdiri dari jadwal keahlian: Pelayaran Kapal Penangkap Ikan, Pelayaran Kapal Niaga, Perikanan, Pengolahan Hasil Perikanan.
  3. SMK bidang keahlian pariwisata terdiri dari jadwal keahlian: Perhotelan dan Jasa Pariwisata, Kuliner, Tata Kecantikan, Tata Busana.
  4. SMK bidang keahlian Seni dan Industri Kreatif terdiri dari jadwal keahlian: Seni Rupa, Desain dan Produk Kreatif Kriya, Seni Musik, Seni Tari, Seni Karawitan, Seni Pedalangan, Seni Teater, Seni Broadcasting dan Film.

C. Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 telah dipandang sebagai sebuah ancaman. Banyak pendapat yang menyampaikan bahwa dengan berkembangnya teknologi komputasi dan robotik, banyak pekerja level menengah ke bawah yang akan kehilangan pekerjaan. Pendapat ini benar bila hanya dilihat dari satu sisi, yaitu hilangnya sektor pekerjaan yang diambil alih oleh mesin, komputer dan robot. Namun, di sisi lain dari perkembangan teknologi yang pesat ini telah tercipta lapangan kerja pengganti yang sanggup menyerap tenaga kerja lebih banyak pada bidang yang terkait dengan teknologi informasi dan komputer. Namun demikian, tenaga kerja yang dibutuhkan tersebut dituntut untuk sanggup membekali diri dengan pengetahun dan keterampilan gres yang sesuai dengan lapangan kerja yang tercipta. Seorang pengemudi taksi online misalnya, harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan telepon pintar, membaca peta (GPS), menganalisis data terkait jumlah dan konsentrasi pengambilan penumpang, mengambil keputusan dan memecahkan kasus yang selalu berganti dalam menyampaikan layanan kepada orang yang berbeda-beda, serta menyampaikan layanan sesuai dengan karakteristik penumpang. Selain dituntut mempunyai keterampilan mengemudi yang baik, pengemudi taksi online dituntut untuk kreatif, berpikir kritis, dan bisa memecahkan kasus yang kompleks.

Berdasarkan data dari McKinsey Global Institute (MGI) tahun 2017, revolusi industri dari revolusi yang pertama hingga revolusi keempat (4.0) telah berdampak pada perubahan lapangan pekerjaan dan keahlian yang dibutuhkan. Dari 16 bidang pekerjaan di Amerika Serikat, terjadi penurunan kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian (-39%), rumah tangga (-6,1%), pabrik (-5,2%), transportasi (2,5%), dan pertambangan (1,9%); dengan total penurunan sebanyak 56,7% dari total tenaga kerja yang dibutuhkan di Amerika Serikat. Di sisi lain, kesebelas sektor yang lain telah bisa menyediakan embel-embel lowongan pekerjaan kepada sejumlah 54,8% dari total tenaga kerja di Amerika Serikat, dengan persentase yang tersebar hampir merata pada perdagangan (10,7%), kesehatan (9,6%), pendidikan (8,6%), layanan bisnis dan reparasi (7%), layanan profesional (5%), keuangan (4,6%), pemerintah (4,5%), hiburan (2%), konstruksi (1,8%), layanan masyarakat (0,7% dan telekomunikasi (0,3%) (MGI analysis, 2017).

Teknologi dan perangkat komputer yang menjadi pemicu revolusi industri ke-4 ternyata telah menghapus, mengganti dan menambah lapangan kerja. Dari data perembesan tenaga kerja yang terkait dengan penggunaan teknologi komputer di Amerika Serikat, sejumlah 3,5 juta pekerjaan hilang dan digantikan oleh 19,3 juta pekerjaan (terjadi lonjakan penambahan pekerjaan sebesar 15,8 juta atau sebanyak 10% dari total kebutuhan pekerjaan di Amerika Serikat). Hadirnya teknologi komputer dan internet telah menyumbang 1,9 juta pekerjaan di Amerika serikat di final tahun 2015 (MGI analysis, 2017). Perubahan ini sanggup terjadi secara global di seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia dan negara-negara ASEAN.

Otomatisasi pada era revolusi industri 4.0 telah berdampak pada lebih dari 800 lapangan kerja, lebih dari 2000 jenis acara pekerjaan, dan 18 kemampuan yang dibutuhkan dalam setiap acara pekerjaan, yang tergabung dalam lima kelompok kemampuan: persepsi sensorik, kemampuan kognitif, kemampuan alami mengolah bahasa, kemampuan sosial dan emosional, dan kemampuan fisik (MGI analysis, 2017). Berdasarkan prediksi hasil analisis MGI, minimal terdapat tiga keterampilan yang harus dikuasai tenaga kerja, yaitu keterampilan menerapkan keahliannya, keterampilan berinteraksi dengan stakeholder, dan keterampilan mengelola massa. Hal ini berimplikasi pada tuntutan penyiapan tenaga kerja dengan pengetahuan dan keterampilan yang semakin kompleks, yang selanjutnya akan berimplikasi pada kebutuhan peningkatan proses pendidikan yang bisa membekali lulusan dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan revolusi industri 4.0.

Dalam konteks lulusan SMK, pekerjaan yang sesuai dengan lulusan sekolah menengah dan lulusan diploma akan mengalami otomasi sebanyak 44-51% (Bureau of Labor Statistics, 2014). Hal ini berimplikasi pada tuntutan revitalisasi pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan sehingga lulusan Sekolah Menengah kejuruan siap menghadapi tuntutan pekerjaan di era revolusi industri 4.0. Revitalisasi ini akan berjalan dengan baik dengan dukungan dana yang cukup, termasuk dukungan dana investasi dan dana operasional pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Menengah kejuruan harus bisa memberi akomodasi pembelajaran yang bisa membangun pengetahuan dan menyebarkan keterampilan yang dibutuhkan di era revolusi industri 4.0. Dukungan dana operasional harus mencukupi untuk melaksanakan semua acara pembelajaran yang dilaksanakan, baik di sekolah maupun di dunia industri selama kegiatan magang dan praktik industri.

Untuk sanggup menyiapkan lulusan yang bisa memenuhi tantangan revolusi industri 4.0, pemerintah perlu melaksanakan modernisasi sistem pendidikan untuk masa ke-21 (education 4,0). Analisis kami ihwal kemampuan kinerja yang paling diminati di era otomasi gres memperlihatkan pentingnya keterampilan teknologi, tapi juga kemampuan bekerja sama, kreativitas, komunikasi, dan keterampilan sosial dan emosional. Pemerintah perlu memberi dukungan kepada Sekolah Menengah kejuruan untuk sanggup melaksanakan transformasi pembelajaran dari model pembelajaran yang didominasi oleh inisiasi guru menjadi pembelajaran memakai teknologi digital yang mendorong pembelajaran yang berpusat pada cara dan minat mencar ilmu siswa.

Selain memberi dukungan kepada Sekolah Menengah kejuruan biar sanggup menyelenggarakan pembelajaran masa 21 dengan memanfaatka teknologi informasi dan komputer, pemerintah perlu memberi dukungan dana dan/atau saluran kepada Sekolah Menengah kejuruan untuk melaksanakan kegiatan magang di dunia industri yang telah mengalami revolusi industri 4.0. Beberapa negara termasuk Jerman dan Swiss telah memperlihatkan bahwa magang bisa menjadi pendekatan yang hebat dan berhasil untuk mengajarkan keterampilan teknis. Singapura telah memperlihatkan melalui jadwal Skills Future Initiative bahwa setiap siswa sanggup didukung dan dimotivasi untuk terus memperoleh keterampilan baru. Pemerintah perlu mendorong, mengidentifikasi, dan mendanai jadwal percontohan inovatif yang sanggup mengurangi kesenjangan keterampilan antara tuntutan dunia kerja di era revolusi industri 4.0 dengan lulusan SMK.

D. Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0Secara umum, definisi pendidikan di era revolusi industri 4.0 yakni suatu acara untuk membimbing dan mengarahkan orang biar bisa mencar ilmu untuk diri mereka sendiri. Untuk itu, pendidikan harus bisa membuat lingkungan dan situasi di mana seseorang sanggup memunculkan potensi dan kemampuan mereka sendiri, dan mengasah kemampuan yang mereka miliki untuk membuat pengetahuan mereka sendiri, menafsirkan dunia dengan cara unik mereka sendiri, dan karenanya menyadari potensi penuh mereka. Dengan demikian, setiap orang dituntut untuk sanggup memahami potensi diri, menyebarkan potensi yang dimiliki melalui pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dan selanjutnya membuat sesuatu yang gres untuk dirinya sendiri dan/atau masyarakat.

Di era teknologi informasi dan komputer ini, setiap orang sanggup mengakses informasi dan sumber mencar ilmu tanpa batasan ruang dan waktu. Sumber mencar ilmu tersebut sanggup berupa literatur, video tutorial dan video yang berisi informasi umum lainnya. Dengan tersedianya sumber mencar ilmu yang sanggup diakses tanpa batasan ruang dan waktu tersebut, cara dan tuntutan mencar ilmu telah berubah dari cara mencar ilmu dengan moda tatap muka terstruktur menjadi cara mencar ilmu yang visual, melihat dan mencoba, fleksibel, kolaboratif dan berbasis individu siswa. Perubahan moda mencar ilmu dan sumber mencar ilmu ini berimplikasi pada perlunya transformasi pendidikan dari pembelajaran ekspresi berbasis kurikulum yang kaku menjadi pembelajaran visual yang sesuai dengan cara mencar ilmu siswa dan konteks dunia ketika ini.

Selain efek dari saluran sumber mencar ilmu yang visual dan tidak terbatas ruang dan waktu, pembelajaran masa 21 juga dipengaruhi oleh tuntutan zaman. Di era revolusi industri 4.0 yang serba digital ini, setiap orang dituntut untuk bisa menempatkan diri dengan baik untuk sanggup bertahan. Dalam dunia kerja, pekerjaan yang dahulu tersedia telah banyak digantikan oleh mesin digital. Selain itu muncul banyak pekerjaan gres yang menuntut pengetahuan dan keterampilan yang sesuai. Untuk itu, banyak pekerja yang harus mempelajari keterampilan gres yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang memakai teknologi digital.

Secara umum, terdapat 18 kemampuan yang dibutuhkan untuk sanggup melaksanakan acara pekerjaan di era revolusi industri 4.0. Ke-18 kemampuan tersebut yakni sebagai berikut: 1) kemampuan persepsi sensorik, 2) kemampuan mengambil informasi, 3) kemampuan mengenali pola-pola/kategori-kategori, 4) kemampuan membangkitkan pola / kategori baru, 5) kemampuan memecahkan masalah, 6) kemampuan memaksimalkan dan merencanakan, 7) kreativitas, 8) kemampuan mengartikulasikan / menampilkan output, 9) kemampuan berkoordinasi dengan banyak sekali pihak, 10) kemampuan memakai bahasa untuk mengungkapkan gagasan, 11) kemampuan memakai bahasa untuk memahami gagasan, 12) kemampuan penginderaan sosial dan emosional, 13) kemampuan membuat pertimbangan sosial dan emosional, 14) kemampuan menghasilkan output emosional dan sosial, 15) kemampuan motorik halus / ketangkasan, 16) kemampuan motorik kasar, 17) kemampuan navigasi, 18) kemampuan mobilitas.

Setiap penerima didik perlu mendapatkan kesempatan untuk menggali potensi masing- masing dalam konteks bidang ilmu dan pekerjaan yang akan digeluti di masa tiba dalam rangka untuk sanggup mempunyai ke-18 kemampuan yang dibutuhkan untuk sanggup melaksanakan acara pekerjaan di era revolusi industri 4.0. Pembelajaran di sekolah harus bisa mengitegrasikan ke-18 kemampuan tersebut dalam kegiatan pembelajaran yang membangun daya sensorik siswa, kemampuan kognitif, kemampuan alami berbahasa, kemampuan sosial dan emosional, dan kemampuan fisik. Untuk itu perlu dirancang skenario pembelajaran yang bisa membuat lingkungan dan situasi di mana seseorang sanggup memunculkan potensi dan kemampuan mereka sendiri, dan mengasah kemampuan yang mereka miliki untuk membuat pengetahuan mereka sendiri dalam kaitannya dengan bidang ilmu yang mereka tekuni kini dan bidang pekerjaan yang akan digeluti di masa datang.

Terkait dengan tuntutan revolusi industri 4.0, Sekolah Menengah kejuruan dituntut untuk bisa membekali lulusan dengan kompetensi yang cukup. Pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan harus bisa menjembatani terjadinya proses mencar ilmu siswa yang visual, fleksibel, konkret, berpusat pada siswa, berbasis proses untuk meningkatkan kemampuan critical thinking dan problem solving, berbasis capaian (outcome-based) untuk meningkatkan kompetensi yang bisa menjawab tantangan kebutuhan pengguna (graduate employability), mendorong siswa untuk berani mendapatkan tantangan dan berkolaborasi lintas disiplin.

Pendidikan di Sekolah Menengah kejuruan sanggup menerapkan banyak sekali pola penyelengaraan pendidikan yang sanggup dilaksanakan secara terpadu yaitu pola pendidikan sistem ganda (PSG), multi entry- multi exit (MEME), dan pendidikan jarak jauh.
  1. Pola pendidikan sistem ganda (PSG), yakni pola penyelenggaraan diklat yang dikelola tolong-menolong antara Sekolah Menengah kejuruan dengan industri/ asosiasi profesi sebagai institusi pasangan (IP), mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap penilaian dan sertifikasi yang merupakan satu kesatuan jadwal dengan memakai banyak sekali bentuk alternatif pelaksanaan, menyerupai day release, block release, dsb. Durasi training di industri dilaksanakan selama 6 (enam) bulan s.d. 1(satu) tahun pada industri dalam dan atau luar negeri. Pola pendidikan sistem ganda diterapkan dalam proses penyelenggaraan Sekolah Menengah kejuruan dalam rangka lebih mendekatkan mutu lulusan dengan kemampuan yang diminta oleh dunia industri/usaha
  2. Pola multi entry-multi exit sebagai perwujudan konsep pendidikan dengan sistem terbuka, diterapkan biar penerima didik sanggup memperoleh layanan secara fleksibel dalam menuntaskan pendidikannya. Dengan pola ini, penerima didik di Sekolah Menengah kejuruan sanggup mengikuti pendidikan secara paruh waktu lantaran sambil bekerja atau mengambil program/kompetensi di banyak sekali institusi pendidikan antara lain Sekolah Menengah kejuruan lain, forum kursus, diklat industri, politeknik, dan sebagainya.
  3. Pendidikan jarak jauh yakni suatu pola pembelajaran dimana penerima didik di Sekolah Menengah kejuruan sanggup menuntaskan pendidikannya tanpa perlu hadir secara fisik di sekolah. Pola ini akan diterapkan secara terbatas hanya bagi mata diklat atau kompetensi yang memungkinkan untuk dilaksanakan sepenuhnya secara mandiri. Ada tiga bentuk RPL yang diatur oleh Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013, yang salah satunya yakni mengakui capaian pembelajaran yang diperoleh individu melalui pendidikan nonformal, informal, dan/atau pengalaman kerja sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan formal dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat.

Program pendidikan kejuruan di era revolusi industri 4.0 harus didukung oleh semua pihak, termasuk pemimpin sekolah, guru, siswa, orang tua, masyarakat dan industri, serta pemerintah. Pemimpin sekolah harus sanggup membuat dan mengawal kebijakan yang beorientasi pada penyelenggaraan proses pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan yang gayut dengan tuntutan revolusi industri 4.0. Guru harus bisa membimbing, mendorong dan memfasilitasi siswa biar mereka sanggup menyebarkan diri sesuai dengan tuntutan zaman. Orang tua, masyarakat dan industri harus berkontribusi sesuai dengan kiprah masing masing. Pemerintah sebagai stakeholder utama harus bisa memberi arah dan haluan pendidikan yang kuat serta menyediakan akomodasi pendukung pelaksanaan pendidikan yang berkualitas di SMK, yang meliputi dana pengembangan sarana dan prasarana serta dana operasional pendidikan.

Dukungan dana ini harus bisa memenuhi kebutuhan pembelajaran yang gayut dengan tuntutan revolusi industri 4.0 di SMK. Besaran dana yang dialokasikan harus didasarkan pada needs assessment terhadap kebutuhan operasional proses pembelajaran, baik pembelajaran di sekolah maupun pembelajaran di dunia industri. Kebutuhan operasional pembelajaran di sekolah tidak terbatas pada kebutuhan operasional pembelajaran di kelas atau di laboratorium/ bengkel kerja saja. Kebutuhan operasional pembelajaran juga mencakupi biaya praktik secara berdikari atau berkelompok secara virtual. Di samping untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional untuk pembelajaran di sekolah, dukungan dana juga sangat dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran pribadi di dunia industri. Untuk itu perlu dilakukan kajian komprehensif terhadap kebutuhan pembelajaran yang bisa menyiapkan lulusan yang mempunyai kompetensi yang dituntut di era revolusi industri 4.0. Hasil dari needs assessment ini kemudian dipakai sebagai teladan untuk melaksanakan analisis besaran biaya (Cost Structure Analisis/CSA) yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan pembelajaran di SMK.

E. Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0
Seiring dengan pendidikan di era revolusi industri 4.0, proses pembelajaran di sekolah dimungkinkan juga akan terjadi disrupsi. Dengan terbukanya arus informasi dan komunikasi ketika ini perkembangan kerangka pembelajaran blended learning yaitu pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. Blended learning merupakan suatu alternatif yang bisa dipilih dalam rangka memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi. Untuk bisa membelajarkan suatu materi pelajaran tertentu dengan menggunkan blended learning, seorang guru perlu mempunyai kompetensi ihwal pengetahuan teknologi (Technological Knowledge) yaitu pengetahuan ihwal bagaimana memakai hardware dan software dan menghubungkan antar keduanya. Disamping itu guru harus mempunyai kompetensi ihwal pengetahuan pedagogic (Pedagogical Knowledge) yaitu pengetahuan ihwal karakteristik siswa, metode pembelajaran, teori mencar ilmu dan penilaian pembelajaran. Guru juga dituntut mempunyai kompetensi ihwal isi materi pelajaran (Content Knowledge).

TPACK merupakan akronim dari Technological Pedagogical and Content Knowledge, yaitu pengetahuan ihwal penggunaan banyak sekali macam teknologi untuk membelajarkan dan merepresentasikan dan memfasilitasi untuk mendapatkan isi materi tertentu. Konsep ini dikembangkan menurut konsep pengetahuan pedagogi dan isi yang dikembangkan oleh Dr. Lee Schulman yang menggabungkan kedua domain tersebut dalam pembelajaran. Konsep TPACK dikembangkan oleh lantaran adanya perkembangan teknologi yang pesat di masyarakat. Pada prinsipnya TPACK merupakan penggabungan pengetahuan teknologi, pedagogi, isi yang diterapkan sesuai dengan konteks. Mishra & Khoehler menjelaskan bahwa pengajaran yang berkualitas membutuhkan nuansa pemahaman yang kompleks yang saling bekerjasama diantara tiga sumber utama pengetahuan, yaitu teknologi, pedagogi, dan isi, dan bagaimana ketiga sumber itu diterapkan sesuai dengan konteksnya.

Pada buku Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan Sekolah Menengah kejuruan ini berisi lima pecahan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN
A. Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan
B. Revitalisasi SMK
C. Revolusi Industri
D. Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0
E. Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0

BAB II BIAYA PENDIDIKAN
A. Landasan Hukum
B. Kebutuhan Pembiayaan Untuk Aktivitas Pembelajaran
C. Dana Operasional Non Personalia

BAB III PERENCANAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
A. Sistem Pembiayaan Pendidikan
B. Pengukuran Biaya Pendidikan

BAB IV PENYUSUNAN PEMBIAYAAN OPERASIONAL NON PERSONALIA
A. Alur penyusunan pembiayaan operasional non personalia
B. Perhitungan Penyusunan pembiayaan operasional non personalia

BAB V PENUTUP

    Download Buku Sekolah Menengah kejuruan - Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan SMK

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas buku - Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan Sekolah Menengah kejuruan ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:




    Download File:

    Pembiayaan Operasional Non Personalia untuk Optimalisasi Mutu Lulusan SMK.pdf

    Sumber: http://psmk.kemdikbud.go.id

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Juklak Kompetisi GSI (Gala Siswa Indonesia) Sekolah Menengah Pertama 2019. Semoga bisa bermanfaat.

    Artikel Terkait

    Belum ada Komentar untuk "Pembiayaan Operasional Non Personalia Untuk Optimalisasi Mutu Lulusan Smk"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel